Bagaimana mengubah blog WordPress menjadi MESIN UANG yang MEMATIKAN !! Tutorial komplit dilengkapi Software dan Script Siap Pakai
Vist Lovebird Mania, the website dedicated to Lovebirds

Rabu, 16 September 2009

Menemukan Dirimu

Mulat sarira, sebuah ungkapan lama oleh orang-orang Bali, menjadi tema yang dipilih untuk festival Kesenian Bali pada tahun ini. Bermakna introspeksi diri, mulat sarira bukanlah sekedar sebuah konsep, dogma agama atau doktrin, tetapi sebuah panggilan untuk seluruh umat manusia terlepas dari agama mereka, status sosial, ras, politik dan latarbelakang ekonomi untuk “kembali ke akar dan menemukan dirimu sendiri”

Tak seperti panggilan keagamaan lainnya, ini bukanlah panggilan untuk kembali kepada Tuhan. Ini bukanlah panggilan untuk menghadapkan wajah ke Kashi, Ka’bah atau Yerussalem – tetapi panggilan untuk “masuk ke dalam” dan temukan “diri” mu.


Tentusaja, ini bukanlah panggilan biasa. Karena ketika anda berpaling pada Tuhan, menurut dugaan orang seluruh cinta dan seluruh kasih, anda mungkin memiliki penghibur. Tetapi meniti ke dalam untuk menemukan “diri” mu, anda mungkin tidak akan menemukan cinta atau kasih. Sebaliknya, mungkin anda akan menemukan kebencian dan rasa ego.

Pada saat anda berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar, anda mengharapkan-Nya, apapun atau siapapun, untuk mendengar tangisan dan mengindahkan kesedihan anda. Tetapi, ketika anda berpaling ke dalam, anda berpaling ke dirimu yang sesungguhnya yang sedang dalam kesedihan. Tidak ada penghibur; bahkan anda menemukan ‘diri” mu dalam keadaan telanjang. Anda dapat melihat “diri” anda tanpa topeng, tanpa pakaian. Anda dapat melihat diri anda yang “mentah”

Ketika anda melakukan yang demikian, jangan mengambil kesimpulan. Jangan meniti ke dalam dengan beban berat yang berasal dari pengkondisian anda sebelumnya, seperti “ Tuhan adalah dalam anda.” Atau “ Anda pada dasarnya Tuhan.” Menitilah ke dalam dengan pikiran dan hati yang terbuka. Meniti ke dalam tanpa pengharapan, dan kemudian anda mungkin menemukan “diri” anda, “sejatinya diri” anda.

Proses ini adalah “meditasi”. Buddha menyebutnya vipashanaa. Para penganut ajaran Buddha menambahkan satu set latihan-latihan. Buddha sendiri tidak pernah menjelaskan atau agak tepatnya menentukan latihan apapun. AjaranNya nama umumnya “ Meniti ke dalam”, mulat sarira. Tak ada latihan, tak ada inisiasi – cukup bawa “satu keinginan tajam” anda untuk meniti ke dalam. Cukup bawa “keinginan kuat” anda untuk meniti ke dalam. Bawalah “kemauan” anda untuk menemukan “diri” anda dalam keadaannya yang telanjang.


Ada orang-orang yang menghubungkan vipashanaa atau meditasi dengan kesehatan, penyembuhan, keseimbangan emosi dan sebagainya. Itu bukanlah mulat sarira.; itu bukanlah vipashanaa; itu bukanlah Meniti Kedalam. Anda tidak meniti ke dalam untuk menyembuhkan; anda tidak meniti ke dalam dengan harapan tertentu. Anda meniti ke dalam tanpa harapan apapun. Bagaimana anda meniti ke dalam dengan harapan untuk menyembuhkan, jikalau pada tahap awal anda bahkan tidak tahu apakah anda sehat atau tidak? Anda mungkin tidak membutuhkan penyembuhan apapun. Anda mungkin berimajinasi tentang kondisi kesehatan atau emosi anda yang buruk.

Jadi, sekali lagi, menitilah ke dalam tanpa harapan apapun.

Dan bersyukurlah, bergembiralah, atas apapun yang anda temukan. Mungkin cinta atau mungkin kebencian. Mungkin kasih atau ego. Mungkin kesederhanaan atau kesombongan. Mungkin kebijaksanaan, kebaikan hati atau ego dan kecemburuan. Apapun yang anda temukan, itulah “anda”. Sekali anda temukan “diri” anda, langkah selanjutnya menjadi mudah.

Pelajari penemuan anda; jujurlah kepada diri sendiri dan apa yang ingin anda lakukan dengannya. Jujurlah pada diri anda sendiri apakah anda puas dengan penemuan anda. Jika jawabannya positif –“ya” tanpa sedikitpun keraguan – lalu peliharalah hal itu. Tetapi bila jawabannya “tidak” maka rubahlah menjadi apa yang anda anggap sebagai ideal.

Jadi, pada nyatanya, ada dua aspek dalam mulat sarira. Pertama ialah menemukan “diri” anda, dan yang kedua ialah apa yang ingin anda lakukan dengannya.

Sayangnya aspek-aspek ini seringkali terlupakan. Kita mengerti ungkapan itu, tetapi kita tidak melakoninya. Seperti halnya memiliki sebuah resep dari doctor yang paling baik tetapi tidak meminumnya, tidak mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan. Ini telah berakibat dalam kondisi masyarakat kita yang menyedihkan.

Bali, pulau para Dewa, memiliki angka kematian bunuh diri yang lebih dibandingkan bagian lainnya dari Indonesia. Bali juga memiliki jumlah pengidap HIV terbanyak dibandingkan pulau lain di kepulauan nusantara. Banyak yang akan menyalahkan factor luar untuk kondisi seperti ini. Saya tidak akan.saya lebih suka melakukan mulat sarira, introspeksi diri, vipashanaa, meniti ke dalam untuk menemukan akar penyebab masalah-masalah kita. Apa yang salah dengan kita?

Mudah menggunakan mulat sarira sebagai sebuah slogan, tetapi sangat sulit melakoninya. Karena ketika saya mulai melakoninya, Saya menemukan banyak kesalahan dalam diri saya. Jumlah kematian bunuh diri, jumlah orang-orang Bali yang terinpeksi HIV, jumlah perampokan dan criminal lainnya – semuanya secara langsung terhubung dengan saya. Mengerikan!

Saya berubah materialis dalam beberapa hal bahwa saya tidak lagi dapat melihat energy sebagai sumber segalanya dan semuanya. Saya mulai mempercayai ketidakabadian materi, daripada energy. Saya telah melupakan, walaupun Einstein mengingatkan saya, bahwa materi dan energy adalah relative, tetapi ketika itu menjadi tak berakhir dan tak tahan lama, mereka adalah kualitas dari energy.

Dulu, ketika saya meniti ke dalam, pelajaran sangat awal yang saya pelajari adalah kebutuhan untuk menemukan sumber dari segala hal, melihat sesuatu sebagaimana mereka adanya. Melakukannya, meniti ke dalam, saya mengacu pada nabi dari Arab dan saya menemukan beliau mengulagi bait yang sama: “ seseorang yang mengetahui dirinya, mengetahui Tuhan.” Saya mendengar para ahli peramal Yunani kuno menggemakan. “ ketahuilah dirimu” dan saya mendengar Krishna bernyanyi untuk temannya, Arjuna di medan perang Kurukshetra, “ dirimu adalah teman baikmu dan musuhmu juga”.

Mulat sarira adalah sebuah panggilan untuk berhenti menyandarkan diri pada semua factor-faktor luar dan mulai menyandarkan diri pada diri sendiri. Teman-teman, kita sedang dalan perjalanan sekarang. Minggu depan, saya akan melanjutkan ini. Saya berharap, saya berdoa, anda akan menemani saya.

Terjemahan dari artikel Bapak Anand Krishna di :
http://www.thebalitimes.com/2009/07/06/finding-yourself/

0 komentar:

Posting Komentar