Bagaimana mengubah blog WordPress menjadi MESIN UANG yang MEMATIKAN !! Tutorial komplit dilengkapi Software dan Script Siap Pakai
Vist Lovebird Mania, the website dedicated to Lovebirds

Senin, 14 September 2009

Materi dan Non-materi

Saya ingat membaca tulisan Rudyard Kipling (1865-1936) ketika saya masih di Smp: Timur adalah timur dan Barat adalah barat dan tidak pernah akan bertemu. “harus saya akui, sampai saat itu saya tidak tahu banyak tentang timur ataupun barat. Sehingga saya tidak mengerti apa yang sesungguhnya ia maksudkan.

Bertahun-tahun kemudian ketika saya mulai melakukan perjalanan, bertemu dengan orang-orang berbeda dan melakukan bisnis dengan mereka, saya menyadari bahwa ada kebenaran yang disampaikan oleh si penulis besar tersebut. Kurang dari 50 tahun setelah kematian Kipling, saya menyadari bahwa Timur masih tetap Timur dan Barat masih tetap Barat. Tetapi keduanya bisa bertemu. Kemungkinan pertemuan itu sangat besar adanya. Kita dapat bertemu dalam banyak alasan.


Kini, pertemuan itu tidak hanya mendesak tetapi juga suatu keharusan. Saya melihat Timur sebagai gudang kebijaksanaan kuno, yang masih sangat relevan; dan Barat sebagai pelopor dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kebijaksanaan Timur tanpa ilmu pengetahuan dan teknologi modern menjadi tumpul dan tak berdaya. Tidak ada dinamisme, tak ada sumber kehidupan. Di sisi lain, Barat yang ilmiah tanpa kebijaksanaan menjadi serakah dan sombong. Barat kehilangan kemanusiaan dan moralitas. Timur dan Barat harus bertemu. Mereka harus.

* * *
Saya mendiskusikan hal ini dengan salah seorang teman sarjana di nusantara, ketika ia merujuk pada konsep kuno orang Bali yakni sekala / Niskala. Ini adalah istilah populer, sering diterjemahkan sebagai materi / imaterial, raga/ jiwa, duniawi / rohani atau dunia/ akhirat.

Akan tetapi Sekala/Niskala memiliki makna yang dalam lainnya. Pertama-tama, itu bukan konsep filosofis, melainkan, sebuah prinsip hidup dan kehidupan. Secara harfiah diterjemahkan, sekala adalah "dalam waktu" dan niskala adalah "di luar waktu."

Sekala adalah kekal, nilai-nilai kemanusiaan yang universal - kelestarian. Niskala adalah modernitas, pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan - perubahan. Sekala adalah layar diam atas mana gambar-gambar bergerak niskala sedang diproyeksikan

Adalah hal yang salah, seperti yang sayangnya banyak orang lakukan, untuk membatasi sekala ke pasar, dan niskala ke tempat-tempat ibadah. Lebih salah adalah asosiasi ritual keagamaan dan bentuk luar ibadah dengan niskala, dan semua kegiatan "keduniawian” dengan sekala

Ironisnya, inilah kasus yang terjadi. sebenarnya, kita sudah selangkah lebih maju dengan mempertimbangkan tindakan "niskala" penyembahan atau ritual keagamaan guna memiliki kemampuan untuk menghapus semua kekeliruan dan kesalahan "sekala"

Dalam ketidaktahuan kita, kita sekarang percaya bahwa kita dapat melakukan segala kejahatan - menipu, merugikan, menyakiti, melukai atau bahkan membunuh - dan selalu ada ritual untuk menyelamatkan kita dari hukuman di sini dan akhirat.

Ironisnya kita percaya bahwa kita dapat lolos dari segala kekeliruan yang kita perbuat. Karena semua kekeliruan tersebut terjadi dalam alam sekala, mengingat ritual keaagamaan milik alam niskala. Dan karena niskala lebih tinggi daripada sekala, maka satu tindakan niskala dapat membatalkan semua, atau setidaknya beberapa, kesalahan di alam sekala.

Hal ini sungguh-sungguh salah dan sebuah persepsi tentang sekala/niskala yang sangat berbahaya. Persepsi ini harus diperbaiki.

Kita telah melihat kerusakan yang dilakukan pada Bali dan masyarakat Bali karena persepsi salah tersebut. Seorang investor datang dengan tas penuh uang dan menunjukkan minatnya guna "membuat penggunaan yang lebih baik wilayah yang tidak digunakan." Tidak, daerah itu bukan"tidak terpakai"; daerah itu penggunaannya sebagai hutan konservasi.

Lalu ia pergi ke Departemen Kehutanan dan mendapat ijin khusus untuk mengeksplor tanah itu untuk tujuan komersial. "Tidak, itu tidak benar-benar komersial. Pikirkan pekerjaan-pekerjaan baru yang akan dibuat. Pikirkan keseriusan dan upaya kita untuk mempercantik Bali. "

Mempercantik Bali? Tetapi kami pikir Bali sudah cantik. Akan tetapi, kami datang dengan alasan lain, alasan yang sangat valid. Daerah tersebut dianggap "suci." Ini adalah wilayah niskala. Sayangnya, kami mengirimkan sinyal yang salah

Sang investor mendapat sebuah petunjuk. Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan beberapa imam dan pemimpin masyarakat. "Pasti ada jalan keluarnya. Anda adalah manusia Allah, dan yang terbaik di antara manusia. Kau tahu tentang agama, tradisi dan nilai-nilai budaya. Jika kesucian tempat itu terganggu, Anda pasti tahu bagaimana cara merawat nya dengan ritual tertentu dan upacara keagamaan. "

Ini hanya satu contoh tentang bagaimana kita telah jatuh ke dalam perangkap yang diciptakan oleh kita dalam kebodohan kita. Ada banyak lagi contoh-contoh. Bukan hanya rumah-rumah tradisional dan sawah berubah menjadi resor, restoran dan spa; desa-desa kita sudah diubah menjadi lapangan golf.

Agen dari pulau lain mengatakan kepada calon pembeli: "Semuanya bisa diatur di sini. Aku tahu Bali dan orang Bali lebih dari yang mereka tahu diri mereka sendiri. Dan aku tahu agama mereka. Saya memahami kebiasaan mereka. Katakan saja sebidang tanah yang Anda inginkan dan aku akan mendapatkannya untuk Anda. Semudah itu.

Seseorang dapat merugikan ekosistem dan merusak lingkungan. Tak masalah. Bangunlah sebuah pura kecil bersamaan dengan hotel mewah mu. Panggillah salah seorang pendeta local, tugaskan ia di pura tersebut dan aha! Anda aman.

Hotel anda mungkin kesalahan sekala yang sangat besar, “ tapi anda lihat duniawi, adalah duniawi. Satu tindakan niskala dapat membatalkan semuanya.

Sekala dan Niskala: materi dan non-materi. “ anda lihat, ‘immaterial’ mempunyai makna ganda: ‘ non-materi,’ sama halnya ‘tidak penting’ sehingga kami menggunakan makna yang kedua.


Kata-kata disalahpahami, atau mereka sengaja mempelintir artinya untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Aku mencoba membayangkan Bali tahun 1970-an. Bali kemudian, dan Bali sekarang. Mereka adalah dua wajah Bali yang berbeda .

Banyak pengunjung dari luar negeri masih terpesona dengan keindahan Bali. Mereka bingung, tak dapat berkata-kata. Ya, Bali masih indah. Namun keperawanannya hilang. Kesederhanaan, kesucian, dan kemurniannya hilang. Mereka milik Bali sebelum 1970-an.

Karena itu, saya juga harus menambahkan bahwa tidak semua hilang. Bali tidak kehilangan segalanya. Dia masih memiliki jiwanya. Ini harus diselamatkan. Karena jika Bali kehilangan jiwa, ia kehilangan segalanya. Kemudian Bali akan menjadi tak bernyawa

Sekala dan Niskala keduanya sama penting. Raga tanpa jiwa tidaklah bernilai. Dan jiwa tanpa raga tidak dapat mengekspresikan dirinya.sehingga kerusakan yang dilakukan pada raga juga merupakan kerusakan yang dilakukan pada jiwa, pada potensinya untuk mengekspresikan dirinya sendiri.

Saya merasa sangat, sangat sulit membayangkan Bali penuh mall, gedung apartemen dan bangunan tinggi. Apakah kita perlu mereka? Kita memiliki mereka di pulau-pulau lain di nusantara. Bisakah kita memiliki bagian dari Bali dengan keindahan alam, dan tanpa kosmetik?


* * *

Kembali ke teman sarjana saya dengannya saya membahas topik ini, pemahamannya tentang sekala / Niskala tidak berbeda daripada kebanyakan dari kita orang Timur: "Barat materialistik; Timur rohani. Ini adalah pengaruh Barat yang menghancurkan basis rohani kita. "

Tidak, tuan. Saya tidak setuju. Tetapi kita lanjutkan ini minggu depan



Penulis adalah aktivis spiritual dan penulis lebih dari 120 buku. Untuk mengetahui lebih banyak tentang kegiatan di Bali, hubungi Aryana atau Debbie di 0361 7801595 atau 8477490, atau kunjungi dan www.aumkar.org www.anandkrishna.org.

Terjemahan dari artikel :http://www.thebalitimes.com/2009/09/04/the-material-and-the-immaterial-part-1/

0 komentar:

Posting Komentar